Apakah kita membayangkan bahwa Allah berbicara
dengan langit dan bumi? Kemudian langit dan bumi pun menjawabnya sehingga
terjadi percakapan diantara mereka. Sesungguhnya Allah memerintahkan langit dan
bumi sehingga keduanya taat. Begitu juga saat kita membayangkan pada saat
penciptaan Nabi Adam a.s. Allah memberitahukan kepada malaikat dan iblis bahwa
Ia akan menciptakan seorang hamba dimuka Bumi dan khalifah ini akan mempunyai
keturunan dan cucu – cucu, dimana mereka juga yang akan membuat kerusakan di
muka bumi dan menumpahkan darah di dalamnya.
Lalu para Malaikat yang suci mulai kebingungan,
bukankah mereka selalu bertasbih kepada Allah dan mensucikan-Nya, tapi mengapa khalifah
yang sudah terpilih itu bukan termasuk dari mereka? Apa rahasia dibalik semua
ini, dan apa hikmah Allah dalam masalah ini? Kebingungan para malaikat dan rasa
keheranannya tentang penghormatan mereka kepada khalifah pertama ini langsung
ditepis oleh Allah SWT, yang firmannya :
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(Q.S. Al –
Baqarah : 30)
Ayat tersebut menunjukkan keluasan ilmu Allah SWT
dan keterbatasan ilmu para malaikat, yang karenanya mereka dapat berserah diri
dan menyakini kebenaran kehendak Allah. Sesungguhnya tasbih kepada Allah dan
mensucikan-Nya adalah hal yang sangat mulia di Alam wujud, namun khalifah
dimuka bumi bukan hanya dilakukan dengan itu, ia memerlukan karakter yang lain,
suatu karakter yang haus akan pengetahuan dan lumrah akan kesalahan. Setelah
beberapa saat para malaikat akan memahami bahwa Nabi Adam adalah ciptaan baru,
dimana dia berbeda dengan mereka dengan hanya bertasbih dan menyucikan Allah,
dia pun berbeda dengan hewan – hewan yang ada di bumi dan makhluk – makhluk di
dalamnya. Nabi Adam akan menjadi ciptaan baru dan keberadaannya disertai dengan
hikmah yang tinggi dan tidak ada seorang pun yang tahu kecuali Allah.
Para malaikat mengetahui bahwa Allah akan
menciptakan khalifah di muka bumi. Allah menyampaikan perintahnya kepada mereka
secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa manusia ini diciptakan dengan
tanah. Maka ketika menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya para
malaikat harus bersujud didalamnya, yang harus difahami bahwa sujud tersebut
adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah. Karena sujud ibadah hanya kepada
Allah.
Allah
SWT berfirman :
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah. Maka apabila ku sempurnakan kejadiannya dan ku tiupkan
kepadanya roh (ciptaan) ku, hendaklah kamu bersyukur dengan bersujud kepadanya.
Lalu seluruh malaikat itu bersujud, kecuali Iblis. Dia menyombongkan diri dan
dia termasuk orang – orang yang kafir.” (Q.S. Shad : 71 – 74).
Allah mengumpulkan segenggam tanah dari bumi, di
dalamnya terdapat berwarna putih, hitam, kuning, coklat dan merah, oleh karena
itu manusia memiliki warna kulit yang
beragam. Allah mencampurkan tanah dengan air sehingga menjadi tanah liat kering
yang berasal dari lumpur hitam yang deri bentuk. Dari tanah inilah Allah SWT
menciptakan Nabi Adam, Allah menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya
maka bergeraklah tubuh Nabi Adam dan tanda kehidupan mulai ada di dalamnya. Kemudian Nabi Adam membuka kedua matanya dan melihat
para malaikat semua bersujud kepadanya, kecuali satu makhluk yang berdiri
disana. Nabi Adam tidak tahu siapakah makhluk yang berdiri itu Ia tidak
mengenal namanya. Iblis berdiri bersama dengan para malaikat tetapi ia bukan
dari golongan mereka melainkan dari para golongan Jin. Allah berfirman :
“Hai Iblis, apa yang menghalangi kamu bersujud kepada yang telah ku
ciptakan dengan kedua tangan ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu
merasa termasuk orang – orang yang lebih tinggi ? Iblis berkata : Aku lebih
baik padanya, karena engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia engkau
ciptakan dari tanah. Allah berfirman : maka keluarlah kamu dari surga,
sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan ku akan
tetap atas mu sampai hari pembalasan. Iblis berkata : Ya Tuhan ku berikanlah kebebasan
kepada ku sampai hari mereka dibangkitkan. Allah berfirman : sesungguhnya kamu
termasuk orang – orang yang diberi kebebasan sampai hari yang telah di tentukan
waktunya (hari kiamat). Iblis menjawab : Demi kekuasaan – Mu aku akan
menyesatkan mereka semua, kecuali hamba – hamba Mu yang Mukhlis di antara
mereka.” (Q.S. Shad : 75 – 83).
Nabi Adam melihat peristiwa yang terjadi di
depannya, Ia merasakan suasana cinta, rasa takut dan kebingungan. Nabi Adam
sangat mencintai Allah SWT yang menciptakannya dan memuliakannya dengan
memerintahkan para malaikat dengan bersujud kepadanya. Adam juga merasa takut
ketika melihat Allah marah kepada Iblis dan mengusirnya dari surga, Ia
merasakan kebingungan ketika melihat makhluk ini yang membencinya padahal ia belum
mengenalnya. Makhluk itu membayangkan bahwa dia lebih baik dari Nabi Adam,
padahal tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu dari mereka lebih
baik dibandingkan dengan yang lain. Kemudian alangkah anehnya iblis, ia
membandingkan bahwa api lebih baik dari tanah. Dari mana dia mendapakan ilmu
ini? Seharusnya ilmu ini berasal dari Allah karena Dialah yang menciptakan api
dan tanah dan mengetahui mana diantaranya yang paling utama.
Dari dialog
tersebut, Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah makhluk yang memakai atribut
keburukan dan sifat yang tercela. Ia meminta kepada Allah agar mengekalkannya
sampai hari kebangkitan. Iblis tidak ingin mati. Namun Allah mengetahui bahawa
ia akan tetap hidup sampai hari yang ditentukan. Ia akan hidup sampai menjemput
ajalnya dan kemudian mati. Nabi Adam mengetahui bahawa Allah telah melaknat
iblis dan telah mengusirnya dari surga. Dan akhirnya, Nabi Adam mengetahui
siapa musuh abadinya. Nabi Adam bingung dengan kenekatan musuhnya dan kasih
sayang Allah SWT.
Adapun iblis ia terikat dan tunduk terhadap
ketentuan agama, dan karakternya sebagai jin mendekati karakter jenis ciptaan
Nabi Adam. Dengan kata lain, bahawa jin dapat beriman dan dapat juga menjadi
kafir. Sesungguhnya kecenderungan agama mereka dapat saja tidak berfungsi
ketika mereka tertipu oleh kesombongan yang palsu sehingga mereka mempunyai
gambaran yang salah. Maka dari sisi inilah terjadi dialog. Dialog di sini
bererti kebebasan. Tabiat manusia dan jin cenderung untuk menggunakan
kebebasannya, sedangkan tabiat para malaikat tidak dapat menggunakan kebebasan.
Nabi Adam menyaksikan secara langsung setelah penciptaannya kadar kebebasan
yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya yang terkena tanggungjawab.
Terjadinya pelajaran ini di depan Nabi Adam mengandung maksud yang dalam.
Adam menyadari bahawa kebebasan di alam wujud
adalah merupakan karunia yang Allah berikan kepada makhluk-Nya. Allah SWT
memberikan balasan yang setimpal atas penggunaan kebebasan itu. Setelah
mempelajari pelajaran kebebasan, Nabi Adam mempelajari pelajaran kedua dari
Allah, yaitu ilmu. Nabi Adam mengetahui bahawa iblis adalah simbol kejahatan di
alam wujud. Sebagaimana ia mengetahui bahawa para malaikat adalah simbol
kebaikan, sementara ia belum mengenal dirinya saat itu. Kemudian Allah
memberitahukan kepadanya tentang hakikatnya, hikmah penciptaannya, dan rahsia
penghormatannya. Allah SWT berfirman:
"Dan Dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. " (QS. al-Baqarah: 31)
Allah SWT memberinya rahsia kemampuan untuk meringkas sesuatu
dalam simbol-simbol dan nama-nama. Allah SWT mengajarinya untuk menamakan
benda-benda: ini burung, ini bintang, ini pohon, ini awan, dan seterusnya. Nabi
Adam mempelajari semua nama-nama tersebut. Yang di maksud dengan nama-nama di
sini adalah ilmu dan pengetahuan. Allah SWT menanamkan pengetahuan yang luas
dalam jiwa Nabi Adam dan keinginan yang terus mendorongnya untuk mengetahui
sesuatu. Hasrat untuk menggali ilmu dan belajar juga diwariskan kepada anak-
anaknya Nabi Adam. Inilah tujuan dari penciptaan Nabi Adam dan inilah rahsia di
balik penghormatan para malaikat kepadanya. Setelah Nabi Adam mempelajari nama
benda-benda; kekhususannya dan kemanfaatannya, Allah SWT menunjukkan
benda-benda tersebut atas para malaikat-Nya dan berkata:
"Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. "
(QS. al-Baqarah: 31)
Yang dimaksud adalah kebenaran mereka untuk menginginkan
khilafah. Para malaikat memperhatikan sesuatu yang ditunjukkan oleh Allah SWT
kepada mereka, namun mereka tidak mengenali nama-namanya. Mereka mengakui di
hadapan Allah SWT tentang kelemahan mereka untuk menamai benda-benda tersebut
atau memakai simbol-simbol untuk mengungkapkannya. Para malaikat berkata
sebagai bentuk pengakuan terhadap ketidakmampuan mereka:
"Maha Suci
Engkau." (QS. al-Baqarah: 32)
Yakni, kami menyucikan-Mu dan mengagungkan-Mu.
"Tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah: 32)
Yakni, mereka mengembalikan semua ilmu kepada Allah SWT. Allah
SWT berkata kepada Adam:
"Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." (QS. al-Baqarah: 33)
Kemudian Nabi Adam memberitahu mereka setiap benda yang Allah
SWT tunjukkan kepada mereka dan mereka tidak mengenali nama-namanya:
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat itu lalu berfirman:
'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang
benar.' Mereka menjawab:
'Maha Suci Engkau. Tidak
ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah
berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.' Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama benda-benda itu, Allah berfirman:
'Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahawa sesungguhnya Aku mengetahui rahsia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu
sembunyikan?'"(QS. al-Baqarah: 31-33)
Allah SWT ingin berkata kepada para malaikat, bahawa Dia
mengetahui kehairanan yang mereka tunjukkan, ketika Dia memberitahu mereka tentang
penciptaan Nabi Adam sebagaimana Dia mengetahui kebingungan yang mereka
sembunyikan dan sebagaimana juga Dia mengetahui kemaksiatan dan pengingkaran
yang disembunyikan oleh iblis.
Para malaikat menyedari bahawa Nabi Adam adalah makhluk yang
mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui. Ini adalah hal yang sangat mulia.
Dan para malaikat mengetahui, mengapa Allah memerintahkan mereka untuk bersujud
kepadanya sebagaimana mereka memahami rahsia penciptaannya sebagai khalifah di
muka bumi, di mana ia akan menguasainya dan memimpin di dalamnya dengan ilmu
dan pengetahuan. Yaitu, pengetahuan terhadap Sang Pencipta yang kemudian
dinamakan dengan Islam atau iman. Para malaikat pun mengetahui sebab-sebab
kemakmuran bumi dan pengubahannya dan penguasaannya, serta semua hal yang
berkenaan dengan ilmu-ilmu mated di muka bumi.
Adalah hal yang maklum bahawa kesempurnaan manusia tidak akan
terwujud kecuali dengan pencapaian ilmu yang dengannya manusia dapat mengenal
Sang Pencipta, dan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan alam. Jika manusia berhasil
di satu sisi, namun gagal di sisi yang lain maka ia laksana burung yang terbang
dengan sayap satu di mana setiap kali ia terbang sayap yang lain mencegahnya.
Nabi Adam mengetahui semua nama-nama dan terkadang ia berbicara
bersama para malaikat, namun para malaikat disibukkan dengan ibadah kepada
Allah SWT. Oleh kerana itu, Adam merasa kesepian. Kemudian Adam tidur dan
tatkala ia bangun ia mendapati seorang perempuan yang memiliki mata yang indah,
dan tampak penuh dengan kasih sayang. Kemudian terjadilah dialog di antara
mereka:
Adam berkata: "Mengapa kamu berada di sini sebelum saya
tidur." Perempuan itu menjawab: "Ya." Adam berkata: "Kalau
begitu, kamu datang di tengah-tengah tidurku?" Ia menjawab: 'Ya."
Adam bertanya: "Dari mana kamu datang?" Ia menjawab: "Aku datang
dari dirimu. Allah SWT menciptakan aku darimu saat kamu tidur." Adam
bertanya: "Mengapa Allah menciptakan kamu?" Ia menjawab: "Agar
engkau merasa tenteram denganku." Adam berkata: "Segala puji bagi
Allah. Aku memang merasakan kesepian."
Para malaikat bertanya kepada Adam tentang namanya. Nabi Adam
menjawab: "Namanya Hawa." Mereka bertanya: "Mengapa engkau
menamakannya Hawa, wahai Adam?" Adam berkata: "kerana ia diciptakan
dariku saat aku dalam keadaan hidup."
Nabi Adam adalah makhluk yang suka kepada pengetahuan. Ia
membagi pengetahuannya kepada Hawa, di mana ia menceritakan apa yang
diketahuinya kepada pasangannya itu, sehingga Hawa mencintainya. Allah SWT
berfirman:
"Dan Kami berfirman:
'Hai Adam, tinggallah kamu dan isterimu di syurga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim.'" (QS. al- Baqarah: 35)
Kita tidak mengetahui tempat syurga ini. Al-Quran tidak
membicarakan tempatnya, dan para mufasir berbeza pendapat tentang hal itu.
Sebahagian mereka berkata: "Itu adalah syurga yang bakal dihuni oleh
manusia (jannah al-Ma'wa) dan tempatnya di langit." Namun sebahagian lagi
menolak pendapat tersebut. Sebab jika ia adalah jannah al-Ma'wa maka iblis
tidak dapat memasukinya dan tidak akan terjadi kemaksiatan di dalamnya.
Sebahagian lagi mengatakan: "Ia adalah syurga yang lain, yang Allah
ciptakan untuk Nabi Adam dan Hawa." Bahkan ada juga yang berpendapat
bahawa ia adalah syurga (taman) dari taman-taman bumi yang terletak di tempat
yang tinggi. Dan sekelompok mufasir yang lain menganjurkan agar kita menerima
ayat tersebut apa adanya dan menghentikan usaha untuk mencari hakikatnya. Kami
sendiri sependapat dengan hal ini. Sesungguhnya pelajaran yang dapat kita ambil
berkenaan dengan penentuan tempatnya tidak sedikit pun menyamai pelajaran yang
dapat kita ambil dari apa yang terjadi di dalamnya.
Nabi Adam dam Hawa memasuki syurga dan di sana mereka berdua
merasakan kenikmatan manusiawi semuanya. Di sana mereka juga mengalami
pengalaman-pengalaman yang berharga. Kehidupan Nabi Adam dan Hawa di syurga
dipenuhi dengan kebebasan yang tak terbatas. Dan Nabi Adam mengetahui makna
kebahagiaan yang ia rasakan pada saat ia berada di syurga bersama Hawa. Ia
tidak lagi mengalami kesepian. Ia banyak menjalin komunikasi dengan Hawa.
Mereka menikmati nyanyian makhluk, tasbih sungai-sungai, dan muzik alam sebelum
ia mengenal bahawa alam akan disertai dengan penderitaan dan kesedihan. Allah
SWT telah mengizinkan bagi mereka untuk mendekati segala sesuatu dan menikmati
segala sesuatu selain satu pohon, yang barangkali ia adalah pohon penderitaan
atau pohon pengetahuan. Allah SWT berkata kepada mereka sebelum memasuki
syurga:
"Dan janganlah kamu
dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.'"
(QS. al-Baqarah: 35)
Nabi Adam dan Hawa mengerti bahawa mereka dilarang untuk memakan
sesuatu dari pohon ini, namun Nabi Adam adalah manusia biasa, dan sebagai
manusia ia lupa dan hatinya berbolak-balik serta tekadnya melemah. Maka iblis
memanfaatkan kemanusiaan Nabi Adam dan mengumpulkan segala kedengkiannya yang
disembunyikan dalam dadanya. Iblis terus berusaha membangkitkan waswas dalam
diri Nabi Adam.
Apakah aku akan menunjukkan kepadamu pohon keabadian dan
kekuasaan yang tidak akan sirna? Nabi Adam bertanya-tanya dalam dirinya. Apa
yang akan terjadi seandainya ia memakan buah tersebut, barangkali itu
benar-benar pohon keabadian. Nabi Adam memang memimpikan untuk kekal dalam
kenikmatan dan kebebasan yang dirasakannya dalam syurga.
Berlalulah waktu di mana Nabi Adam dan Hawa sibuk memikirkan
pohon itu. Kemudian pada suatu hari mereka menetapkan untuk memakan pohon itu.
Mereka lupa bahawa Allah SWT telah mengingatkan mereka agar tidak mendekatinya.
Mereka lupa bahawa iblis adalah musuh mereka sejak dahulu. Nabi Adam
menghulurkan tangannya ke pohon itu dan memetik salah satu buahnya dan kemudian
memberikannya kepada Hawa. Akhirnya mereka berdua memakan buah terlarang itu.
Allah SWT berfirman:
"Dan derhakalah Adam
kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)
Tidak benar apa yang disebutkan oleh kitab-kitab kaum Yahudi
bahawa Hawa menggoda Nabi Adam yang kerananya ia bertanggungjawab terhadap
pemakanan buah itu. Nas Al-Quran tidak menyebut Hawa, namun ia menyebut Nabi
Adam sebagai orang yang bertanggungjawab atas apa yang terjadi. Demikianlah
setan disalahkan dan Nabi Adam juga disalahkan kerana kesombongan. Salah
seorang dari mereka menghina manusia, dan yang lain ingin menjadi tandingan
bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.
Belum selesai Nabi Adam memakan buah tersebut sehingga ia
merasakan penderitaan, kesedihan, dan rasa malu. Berubahlah keadaan di
sekitarya dan berhentilah muzik indah yang memancar dari dalam dirinya. Ia
mengetahui bahawa ia tak berpakaian, demikian juga isterinya. Akhirnya, ia
mengetahui bahawa ia seorang lelaki dan bahawa isterinya seorang wanita. Ia dan
isterinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh mereka yang
terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun dari
syurga.
Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi. Mereka keluar dari syurga.
Nabi Adam dalam keadaan sedih sementara Hawa tidak henti-hentinya menangis.
kerana ketulusan taubat mereka, akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan
Allah SWT memberitahukan kepada mereka bahawa bumi adalah tempat mereka yang
asli, di mana mereka akan hidup di dalamnya, mati di atasnya, dan akan
dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan. Allah SWT berfirman:
"Di bumi itu kamu
hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan
dibangkitkan. " (QS. al-A'raf: 25)
Kemudian Allah SWT menceritakan kisah tentang pelajaran ketiga
yang diperoleh Nabi Adam selama keberadaannya di syurga dan setelah keluarnya
ia darinya dan turunnya ia ke bumi.
Allah SWT berfirman:
"Dan Sesungguhnya
telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu),
dan tidak Kami dapati padanya kemahuan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami
berkata kepada malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam,' maka mereka sujud kecuali
Iblis. la membangkang. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini
(Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah
sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari syurga, yang menyebabkan kamu menjadi
celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan
telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak pula akan
di timpa panas matahari di dalamnya.' Kemudian setan membisikkan fikiran jahat
kepadanya, dengan berkata: 'Hai Adam, mahukah saya tunjukkan kepada kamu pohon
khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ?' Maka keduanya memakan dari buah
pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya
menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) syurga, dan derhakalah Adam dan
sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan
memberinya petunjuk. Allah berfirman: 'Turunlah kamu berdua dari syurga
bersama-sama, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Maka
jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.'" (QS. Thaha:
115-123)
Sebahagian orang menganggap bahawa Nabi Adam keluar dari syurga
kerana kesalahannya dan kemaksiatannya. Ini adalah anggapan yang tidak benar
kerana Allah SWT berkehendak menciptakan Nabi Adam di mana Dia berkata kepada
malaikat: "Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." Dan Dia tidak mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya aku akan
menjadikan khalifah di syurga."
Tidaklah turunnya Nabi Adam ke bumi sebagai penurunan penghinaan
tetapi ia merupakan penurunan kemuliaan sebagaimana dikatakan oleh kaum sufi.
Allah SWT mengetahui bahawa Nabi Adam dan Hawa akan memakan buah itu, dan
selanjutnya mereka akan turun ke bumi. Allah SWT juga mengetahui bahawa setan
akan merampas kebebasan mereka. Pengalaman merupakan dasar penting dari proses menjadi
khalifah di muka bumi agar Nabi Adam dan Hawa mengetahui - begitu juga
keturunan mereka - bahawa setan telah mengusir kedua orang tua mereka
dari syurga, dan bahawa jalan menuju syurga dapat dilewati dengan ketaatan
kepada Allah SWT dan permusuhan pada setan.
Apakah dikatakan kepada kita bahawa manusia adalah makhluk yang
terpaksa, dan bahawa Nabi Adam terpaksa atau dipaksa untuk berbuat kesalahan
sehingga ia keluar dari syurga dan kemudian turun ke bumi? Sebenarnya anggapan
ini tidak kalah bodohnya dari anggapan pertama. Sebab, Nabi Adam merasakan
kebebasan sepenuhnya, yang kerananya ia mengembang tanggung jawab dari
perbuatannya. Ia derhaka dan memakan buah tersebut sehingga Allah SWT
mengeluarkannya dari syurga. Maksiat yang dilakukannya tidak berlawanan dengan
kebebasannya, bahkan keberadaannya yang asli bersandar kepada kebebasannya.
Alhasil, Allah SWT mengetahui apa yang bakal terjadi. Dia mengetahui sesuatu
sebelum terjadinya sesuatu itu. Pengetahuan-Nya itu bererti cahaya yang
menyingkap, bukan kekuatan yang memaksa. Dengan kata lain, Allah SWT mengetahui
apa yang akan terjadi, tetapi Dia tidak mencegahnya atau mendorongnya agar
terjadi. Allah SWT memberikan kebebasan kepada hamba-hamba-Nya dan semua
makhluk-Nya. Yang demikian itu berkenaan dengan hikmah-Nya yang tinggi dalam
memakmurkan bumi dan mengangkat khalifah di dalamnya.
Nabi Adam memahami pelajaran ketiga. Ia memahami bahawa iblis
adalah musuhnya. Secara pasti ia mengerti bahawa iblis adalah penyebab ia
kehilangan nikmat dan penyebab kehancurannya. Ia mengerti bahawa Allah SWT akan
menyeksa seseorang jika ia berbuat maksiat, dan bahawa jalan menuju ke syurga
dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT. Ia memahami bahawa Allah SWT
menerima taubat, memaafkan, menyayangi, dan memilih. Allah SWT mengajari mereka
agar beristighfar dan mengucapkan:
"Ya Tuhan kami, kami
telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami, nescayalah pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi." (QS. al- A'raf: 23)
Allah SWT menerima taubatnya dan memaafkannya serta mengirimnya
ke bumi. Nabi Adam adalah Rasul pertama bagi manusia. Mulailah kehidupan Nabi
Adam di bumi. Ia keluar dari syurga dan berhijrah ke bumi, dan kemudian ia
menganjurkan hal tersebut (hijrah) kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya dari
kalangan nabi. Sehingga setiap nabi memulai dakwahnya dan menyuruh kaumnya
dengan cara keluar dari negerinya atau berhijrah. Di sana Nabi Adam keluar dari
syurga sebelum kenabiannya, sedangkan di sini (di bumi) para nabi biasanya
keluar (hijrah) setelah pengangkatan kenabian mereka.
Nabi Adam mengetahui bahawa ia meninggalkan kedamaian ketika
keluar dari syurga. Di bumi ia harus menghadapi penderitaan dan pergelutan, di
mana ia harus menanggung kesulitan agar dapat makan, dan ia harus melindungi
dirinya dengan pakaian dan senjata, serta melindungi isterinya dan anak-anaknya
dari serangan binatang buas yang hidup di bumi. Sebelum semua itu dan
sesudahnya, ia harus meneruskan pertempurannya dengan pangkal kejahatan yang
menyebabkannya keluar dari syurga, yaitu syaitan. Di bumi, syaitan membuat
waswas kepadanya dan kepada anak-anaknya sehingga mereka masuk dalam neraka
Jahim. Pertempuran antara pasukan kebaikan dan pasukan kejahatan di bumi tidak
akan pernah berhenti. Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk Allah SWT, ia
tidak akan merasakan ketakutan dan kesedihan, dan barang siapa yang bermaksiat
kepada Allah SWT dan mengikuti makhluk api, iblis, maka ia akan bersamanya di
neraka.
Nabi Adam mengerti semua ini. Ia menyedari bahawa penderitaan
akan menyertai kehidupannya di atas bumi. Satu-satunya yang dapat meringankan
kesedihannya adalah, bahawa ia menjadi penguasa di bumi, yang kerananya ia
harus menundukkannya, memakmurkannya, dan membangunnya serta melahirkan
keturunan yang baik di dalamnya, sehingga mereka dapat mengubah kehidupan dan
membuatnya lebih baik. Hawa melahirkan dalam satu perut seorang lelaki dan
seorang perempuan, dan pada perut berikutnya seorang lelaki dan seorang
perempuan, maka dihalalkan perkahwinan antara anak lelaki dari perut pertama
dengan anak perempuan dari perut kedua. Akhirnya, anak-anak Nabi Adam menjadi
besar dan menikah serta memenuhi bumi dengan keturunannya.
Nabi Adam mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Nabi Adam
menyaksikan kecenderungan pertama dari anaknya terhadap pangkal kejahatan,
yaitu iblis sehingga terjadilah kejahatan pembunuhan yang pertama kali di muka
bumi. Salah seorang anak Nabi Adam membunuh saudara kandungnya sendiri. Anak
yang jahat itu membunuh saudaranya yang baik. Allah berfirman:
"Ceritakanlah kepada
mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan korban, maka di terimalah dari salah seorang
dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (QS.
al-Maidah: 27)
Dikatakan bahawa pembunuh ingin merebut isteri saudara
kandungannya untuk dirinya sendiri. Nabi Adam memerintahkan mereka berdua untuk
menghadirkan korban lalu setiap dari mereka menghadirkan korban yang dimaksud.
Allah SWT menerima korban dari salah satu dari mereka dan menolak korban yang lain:
"Ia (Qabil) berkata:
'Aku pasti membunuhmu.' Berkata Habil: 'Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan
tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan
tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan sekalian
alam. (QS. al-Maidah: 27-28)
Perhatikanlah bagaimana Allah SWT menyampaikan kepada kita
kalimat- kalimat yang diucapkan oleh anak Nabi Adam yang terbunuh sebagai
syahid, dan ia menyembunyikan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh si pembunuh.
Si pembunuh mengangkat tangannya sambil mengancam, namun calon korban
pembunuhan itu berkata dengan tenang:
Sesungguhnya aku ingin
agar kamu kembali dengan membawa dosa membunuhku dan dosamu sendiri, maka kamu
akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-
orang yang lalim. " (QS. al-Maidah: 29)
Selesailah percakapan antara mereka berdua dan anak yang jahat
itu membiarkan anak yang baik beberapa saat. Setelah beberapa hari, saudara
yang baik itu tidur di tengah-tengah hutan yang penuh dengan pohon. Di hutan
itu, keledai tua mati dan dagingnya dimakan oleh burung Nasar dan darahnya
ditelan oleh bumi. Yang tersisa hanya tulang belulang berserakan di tanah.
Kemudian saudaranya yang jahat membawanya menuju saudara kandungnya yang sedang
tidur, lalu ia mengangkat tangannya dan menjatuhkan dengan keras dan cepat.
Anak laki-laki baik itu tampak pucat wajahnya ketika melihat darah mengucur
darinya, lalu ia bangun. Ia bermimpi saat tidur. Lalu si pembunuh menghantam
saudaranya sehingga tidak tampak lagi gerakan dari tubuhnya. Si pembunuh puas
bahawa saudara kandungnya benar-benar mati. Pembunuh itu berdiri di depan
korban dengan tenang dan tampak pucat wajahnya.
Rasulullah saw bersabda: "Setiap orang yang membunuh jiwa yang tak
berdosa maka anak Adam yang pertama akan juga menanggung dosanya kerana ia yang
pertama kali mengajarkan pembunuhan." Si pembunuh terduduk
di depan saudaranya dalam keadaan berlumuran darah. Apa yang akan dikatakannya
terhadap Nabi Adam, ayahnya, jika ia bertanya kepadanya tentang hal itu. Nabi
Adam mengetahui bahawa mereka berdua keluar bersama-sama lalu mengapa ia
kembali sendinan. Seandainya ia mengingkari pembunuhan terhadap saudaranya itu
di depan ayahnya, maka di manakah ia dapat menyembunyikan jasadnya, dan di mana
ia dapat membuangnya? Saudaranya yang terbunuh itu merupakan manusia yang
pertama kali mad di muka bumi sehingga tidak diketahui bagaimana cara
menguburkan orang yang mati. Pembunuh itu membawa jasad saudara kandungnya dan
memikulnya. Tiba-tiba keheningan itu dipecah dengan suara burung yang berteriak
sehingga ia merasa ketakutan. Pembunuh itu menoleh dan menemukan seekor burung
gagak yang berteriak di atas bangkai burung gagak yang mati. Burung gagak yang
hidup meletakkan bangkai burung gagak yang mad di atas tanah lalu ia mulai
menggali tanah dengan paruhnya dan kedua kakinya. Kemudian ia mengangkatnya
dengan paruhnya dan meletakkannya dengan lembut dalam kuburan. Lalu ia
menimbunkannya di atas tanah. Setelah itu, ia terbang di udara dan kembali
berteriak. Si pembunuh berdiri dan ia mundur untuk meraih jasad saudara kandungnya
dan kemudian berteriak:
"Berkata Qabil:
'Aduhai, celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini,
lalu aku dapat menguburkan saudaraku ini?" (QS. al-Maidah: 31)
Ia mulai merasakan kesedihan yang sangat dalam atas apa yang telah
dilakukannya terhadap saudaranya. Ia segera menyadari bahawa ia adalah orang
yang paling buruk dan paling lemah. Ia telah membunuh orang yang paling utama
dan paling kuat. Anak Nabi Adam berkurang satu dan iblis berhasil
"mencuri" seorang anak Nabi Adam. Bergetarlah tubuh si pembunuh dan
ia mulai menangis dengan keras, lalu ia menggali kuburan saudara kandungnya.
Ketika mendengar kisah tersebut Nabi Adam berkata:
"Ini adalah perbuatan
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi
nyata." (QS. al-Qashash: 15)
Nabi Adam merasakan kesedihan mendalam atas hilangnya salah satu
anaknya. Salah seorang dari mereka mad dan yang lain dikuasai oleh syaitan.
Nabi Adam salat untuk anaknya yang mati, dan kemudian ia kembali menjalani
kehidupannya di muka bumi. Beliau adalah manusia yang bekerja dan mengalami
penderitaan. Seorang Nabi yang menasihati anak-anaknya dan cucu-cucunya, serta
mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Beliau menceritakan kejahatan iblis
kepada mereka, dan meminta kepada mereka agar berhati-hati darinya. Beliau
menceritakan pengalaman pribadinya bersama iblis kepada mereka, dan
menceritakan kehidupannya bersama anaknya yang tega membunuh saudara kandungnya
sendiri.
Nabi Adam telah menjadi dewasa, lalu tahun demi tahun datang
silih berganti sehingga anak-anaknya tersebar di bumi, lalu datanglah waktu
malam di atas bumi. Angin bertiup sangat kencang. Dan bergoncanglah daun-daun
pohon tua yang ditanam oleh Nabi Adam, di mana dahan- dahannya mendekati danau
sehingga buahnya menyentuh air danau. Dan ketika pohon itu menjadi tegak
setelah berlalunya angin, air mulai berjatuhan di antara cabang-cabangnya dan
tampak dari jauh bahawa pohon itu sedang menarik dirinya (memisahkan diri) dari
air dan menangis. Pohon itu sedih dan dahan-dahannya bergoncang. Sementara itu,
di langit tampak bahawa bintang-bintang juga bergoncang. Cahaya bulan menerobos
kamar Nabi Adam sehingga cahaya itu menerpa wajah Nabi Adam. Wajah Nabi Adam
tampak lebih pucat dan lebih muram dari wajah bulan. Bulan mengetahui bahawa
Nabi Adam akan mati.
Kamar yang sederhana, kamarnya Nabi Adam. Nabi Adam tertidur
dengan janggutnya yang putih dan wajahnya yang bersinar di atas tempat tidur
dari dahan-dahan pohon dan bunga-bunga. Anak-anaknya semua berdiri di sekelilingnya
dan menunggu wasiatnya. Nabi Adam berbicara dan memahamkan anak-anaknya bahawa
hanya ada satu perahu keselamatan bagi manusia, dan hanya ada satu senjata
baginya yang dapat menenangkannya. Perahu itu adalah petunjuk Allah SWT dan
senjata itu adalah kalimat-kalimat Allah SWT.
Nabi Adam menenangkan anak-anaknya, bahawa Allah SWT tidak akan
membiarkan manusia sendirian di muka bumi. Sesungguhnya Dia akan mengutus para
nabi untuk membimbing mereka dan menyelamatkan mereka. Para nabi itu memiliki
nama-nama, sifat-sifat, dan mukjizat- mukjizat yang berbeza-beza. Tetapi mereka
dipertemukan dengan satu hal, yaitu mengajak untuk menyembah Allah SWT semata.
Demikianlah wasiat Nabi Adam kepada
anak-anaknya. Akhirnya, Nabi Adam menutup kedua matanya, dan para malaikat
memasuki kamarnya dan mengelilinginya. Had Nabi Adam tersenyum ketika
mendapatkan kata salam yang dalam, dan rohnya mencium bau bunga surga.