Awal Dari Perjuangan

= TRIBAL WAR =
BAB I




AWAL DARI PERJUANGAN
Mereka memiliki bentuk tubuh yang aneh, meski bertubuh manusia akan tetapi mereka mempunyai sayap, berambut putih, kulit berwarna putih pucat dan pupil mata mereka seperti mata kucing. Akibat dari kemunculan mereka dunia mulai berubah, mereka merubah semua yang ada di dunia, para manusia bersayap ini juga mampu menciptakan pulau-pulau beserta isinya. Sehingga mereka menganggap diri sebagai “Dewa”.








Dunia adalah tempat hidup manusia sejak dikeluarkannya Adam dan Hawa dari surga, mereka berdua adalah nenek monyang dari semua manusia. Jauh setelah dari beberapa keturunan Adam dan Hawa manusia di bumi semakin tidak beraturan, selalu tergoda oleh hawa nafsu yang pastinya setiap manusia memiliki sifat itu. Dan disinilah dimulainya kejahatan, kelicikan dan kekerasan serta pertumpahan darah antar sesama manusia. Didaratan yang beriklim tropis yang membentang dari samudera pasifik hingga mencapai jantung Asia Tengah, terdapat beberapa kelompok manusia yang ditakdirkan untuk tidak bersatu. Mereka terpisah sejak kemunculan 10 makhluk yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa, entah dari mana asal-usulnya tidak ada satu orang pun yang tahu. Mereka memiliki bentuk tubuh yang aneh, meski bertubuh manusia akan tetapi mereka mempunyai sayap, berambut putih, kulit berwarna putih pucat dan pupil mata mereka seperti mata kucing. Akibat dari kemunculan mereka dunia mulai berubah, mereka merubah semua yang ada di dunia, para manusia bersayap ini juga mampu menciptakan pulau-pulau beserta isinya. Sehingga mereka menganggap diri sebagai “Dewa”.
Dan oleh karena mereka terlalu kuat dan mampu menciptakan sesuatu yang baru bahkan mereka pun dapat menciptakan tempat tinggal untuk mereka sendiri diatas langit, manusia biasa menjadi takut dan banyak juga manusia yang menyembah mereka. Sampai pada akhirnya terjadi suatu bencana besar yang mengakibatkan banyak pulau terpecah-pecah menjadi beberapa bagian. Disetiap pulau-pulau itu memiliki penduduk sendiri yang menjadi suku-suku disetiap penjuru bumi. Dan mereka-mereka ini memiliki pola hidup yang berbeda, seperti suku “Stepa” mereka hidup secara nomaden atau berpindah-pindah dan mereka bergantung pada perternakan dan memanfaatkan potensi alam. Oleh karena suku mereka yang sering berpindah-pindah tempat, mereka sering dianggap sebagai manusia yang tercampakkan, diakhiran nama mereka adalah Shoden untuk lelaki dan Deressa untuk perempuan. Penduduk Stepa terbagi dalam 5 wilayah, yakni The Highest Mountain, Grove, Wild Forest, Dense Forest, dan Underworld, mereka hanya orang-orang yang hidup seperti manusia terlantar. Kelompok suku ini sangat sulit ditemukan. Mereka hanya dapat bertahan hidup dengan cara berburu dan memakan sayur-sayuran.
Yang kedua adalah suku yang hidup di dataran tinggi, wilayah ini memiliki sumber hidup yang memadai “Trafara”. Mereka dapat berternak dan berkebun, suku Trafara dipimpin oleh 1 orang kepala suku dengan nama akhiran Ararya jika ia laki-laki dan Alka jika ia perempuan, mereka sudah dapat membuat suku ini seperti kerajaan. Kawasan Trafara sangat luas dan juga strategis dalam jalur perdagangan yang membuat wilayah ini menjadi sangat maju dalam bidang ekonomi maupun dalam bidang infrastruktur, sehingga banyak beberapa daerah lain ingin merebut kawasan ini. Yang sangat ambisius untuk merebut kawasan ini adalah orang-orang penduduk suku “Bolmavia”, mereka ini adalah suku yang sangat kejam diantara suku-suku lainnya yang ada di bumi. Pulau suku Bolmavia terletak diperbatasan laut Trafara, oleh karena itu mereka bisa sangat jelas melihat perkembangan yang terjadi diwilayah Trafara.
Penduduk suku Bolmavia makmur dengan hasil kekayaan rampasan perang dari suku-suku lain yang kalah dari mereka, suku ini memiliki prinsip hidup menjadi kuat adalah tujuan utama meraka dan yang lemah lebih baik mati ditangan yang kuat, oleh sebab itu mereka sangat suka berperang untuk membunuh yang lemah dan mengambil hak mereka. Melihat wilayah kekuasaan Trafara sangat makmur, mereka menjadi sangat ingin menguasainya. Ketiga suku ini Trafara, Stepa dan Bolmavia adalah suku yang terbesar dan memiliki populasi yang banyak, sehingga suku-suku kecil lainnya menjadi takut untuk menguasai wilayah ketiga ini, dan yang paling ditakuti adalah suku Bolmavia.
Memasuki awal tahun 102 M, suku Trafara menjadi sebuah kerajaan oleh karena kemajuan dalam bidang ekonomi, infrastruktur, perdagangan, dan sosial politiknya. Trafara menjadi kerajaan dibawah kepemimpinan raja Soka Ararya anak dari kepala suku sebelumnya Derris Ararya, dan permaisurinya Shina Alka. Dimasa 2 tahun raja Soka Ararya menjadi seorang raja, kerajaan Trafara diserang oleh suku Bolmavia untuk pertama kalinya dibawah kepemimpinan kepala suku Joesanches. Ditengah perperangan antara Trafara dan Bolmavia ini permaisuri kerajaan Trafara Shina sedang dalam keadaan hamil, saat peperangan itu terjadi Shina mengalami kesakitan diperutnya pertanda bahwa ia sudah saatnya melahirkan. Dia dibawa kelorong bawah tanah oleh beberapa pelayan dan penjaga istana, dengan maksud untuk menyelamatkan permaisuri.

“Dimana baginda raja?!”
“Bukannya sudah jelas bahwa dia sedang berada ditengah perang!”
“Kenapa mesti harus sekarang, sial!!”
“Aarrgghhh.. sakiit!!”
“Yang Mulia!! Mohon bersabarlah, ini terlalu mendadak aku harus bagaimana?!”
“Tidakk.. Aku tidak tidak bisaa.. Aarghh!!”
“Oh ya Tuhan bagaimana ini?! Hei kalian!! Cepat bantu aku, yang mulia akan melahirkan sekarang. Jangan bengong saja!!”
“Ohh!! ya ba.. baiikk!!”
Sang Raja sibuk dengan perangnya melawan suku Bolmavia di depan pintu gerbang kerajaan, dan ia tidak tahu sama sekali jika istrinya dalam keadaan yang genting. Situasi perang pun saat itu sangat terdesak, kerajaan Trafara berada diambang kehancuran, para pasukan sudah kehilangan semangat tempurnya oleh karena pasukan perang Bolmavia yang terlalu brutal seakan mereka semua haus akan darah manusia. Setelah selama beberapa jam kemudian permaisuri kerajaan berhasil melahirkan seorang anak laki-laki, ia terlahir ditengah-tengah penyerangan suku Bolmavia pada bulan September tahun 104 M. Jeritan tangisan bayi laki-laki itu membuat suasana dikerajaan Trafara menjadi hening, semua orang yang sedang berusaha menyelamatkan diri dan bertempur ditengah perang itu menjadi terdiam. Sang raja yang terkejut dan baru menyadari akan hal itu langsung berteriak dengan suara yang lantang ditengah-tengah pasukan tempur dan rakyatnya.

“WAHAAI RAKYATKU!! PARA PRAJURIT TERHEBATKU!! SEKARANG BELUM SAATNYA UNTUK KITA MENYERAHKAN NYAWA PADA MEREKA YANG INGIN MEREBUT WILAYAH KITA!! SAAT INI, ADA BANYAK KEHIDUPAN YANG BARU TUMBUH, JIKA KALIAN INGIN MENYELAMATKAN ISTRI, DAN ANAK KALIAN, MAKA BERJUANGLAH!! BASMI MEREKA SEMUA!! JANGAN BIARKAN ANAK DAN ISTRI KITA DIRENGGUT OLEH ORANG-ORANG TOLOL SEPERTI MEREKA!! AYOO RAKYATKU, AYOO PARA PRAJURIT TERHEBATKU, SEMUANYA!! LAWAN MEREKA!! TERJANG MEREKA SEMUA DENGAN KERAS OMBAK KEKUATAN KITA!!”

Teriakan sang raja membuat semangat prajurit kerajaan menjadi menggebu-gebu, masyarakat pun yang merasa diri mereka terpanggil oleh teriakan sang raja langsung mengambil perlengkapan perang dan berlari menuju pintu gerbang kerajaan untuk menyerang balik suku Bolmavia. Mereka, dengan penuh semangat demi melindungi anak dan istri mereka, keluarga mereka, berlari dengan sekuat tenaga disertai dengan teriakan yang menggetarkan seluruh tubuh lawan mereka. Maju, mereka membunuh setiap apa yang menghalangi, memotong setiap apa yang mereka lihat. Terus membunuh tak ada rasa ampun sampai pada akhirnya yang mereka lihat hanyalah bumi yang berwarna merah, rumput yang hijau, pohon yang coklat, tanah yang berwarna kuning, semuanya berubah menjadi merah, merah dengan darah para orang-orang Bolmavia yang awalnya haus akan darah. Ini memang seperti hantaman gelombang yang menghanyutkan semua yang menghalanginya.
Serangan mereka ini membuat para pasukan suku Bolmavia terpukul mundur, panah berterbangan dari atas yang terus-terusan ditembakkan oleh masyarakat yang ikut bergabung dalam perang bersama pasukan kerajaan Trafara. Panah-panah itu terlihat seperti air hujan yang mengguyuri lawan mereka sehingga 130.000 pasukan perang Bolmavia gugur. Ini adalah kejadian yang baru pertama kalinya dialami oleh suku Bolmavia selama bertahun-tahun ini yang tak terkalahkan dari suku-suku lainnya. Tapi kali ini, akibat dari penyerangan balik pasukan kerajaan Trafara bersama rakyatnya membuat pasukan Bolmavia semakin terdesak, sedangkan pasukan depan kerajaan Trafara terus maju untuk memukul mundur lawan mereka. Pemandangan diluar benteng kerajaan Trafara menjadi merah oleh tumpahan darah pasukan di dua belah pihak.

“(Bertekuk) Tetua Joe!! Pasukan kita yang berada dibarisan depan semua sudah dibantai!!”
“APAA!! Apa yang terjadi, kenapa mereka bisa membantai pasukan kitaa?!”
“Maafkan aku Tetua, aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Mereka tiba-tiba menjadi brutal dan tak bisa terkendali lagi.”
“Hm.. Tangisan bayi tadi, apa itu? Suaranya terlalu nyaring dan membuat telingaku sakit!”
“Ma.. Maafkan aku Tetua, aku pun juga tidak tahu dari mana asal suara tangisan bayi itu.”
“Apa-apaan ini.. (menarik kerah bajunya) apa kau sedang mempermainkanku ha!! Kenapa kau tidak tahu apa yang terjadi?! Tidak berguna!!”
“Aa.. ampunkan aku, Tetua!! Aku benar-benar tidak tahu apa yang sudah terjadi, ampunkan aku!!”

Kejadian itu membuat sang pemimpin suku Bolmavia menjadi sangat marah, ia mendorong jatuh prajurit yang melaporkan keadaan itu dan langsung menebas lehernya hingga putus, “Tsk, tidak berguna!! Melaporkan masalah yang tidak lengkap seperti ini, yang benar saja, berengsek!!”. Mendengar laporan yang seperti itu, Joesanches, pemimpin suku Bolmavia keluar dari tendanya dan langsung menuju kelokasi perang. Setibanya ia disana, “A-Apa-apaan ini? Apa sebenarnya yang sudah terjadi?! Dimana pasukanku yang lainnya?!”, Joesanches sangat terkejut saat melihat apa yang sudah terjadi di depan matanya, ia melihat puluhan ribu, tidak, bahkan ratusan ribu pasukannya tergeletak ditanah beserta dengan banjiran darah dibumi yang sedang ia jejaki. Sedangkan pasukan kerajaan Trafara masih banyak yang berdiri tegak di depan gerbang benteng kerajaan, dan di depan pasukan mereka berdiri satu orang dengan gagah serta memegang potongan kepala salah satu pasukan Bolmavia. “Joesanches!! Kau bisa lihat apa yang sedang ku pegangi ini?! Ini adalah kepala dari pasukanmu!!”, dengan pandangan yang dingin ia melemparkan kepala itu kearah Joesanches dan jatuh tepat dibawah kakinya, ini baru pertama kalinya ia diremehkan selama dalam peperangan suku. “KEPARAAATT!!! Akan ku bunuh kau, Sokaa!!!!”.
Joesanches berlari kearah Soka dengan kencangnya sambil mengeluarkan pedang dari sabuk, namun Soka tetap berdiri didepan dan tidak bergerak sedikitpun, begitu juga pasukan dan rakyatnya yang berdiri dibalakang dan diatas dinding tembok kerajaan. “DENGAAR KALIAN SEMUA!! Jangan ada yang bergerak sedikitpun dari posisi kalian!! Karna ini adalah pertarunganku dengan dia!!”. Setelah melontarkan perkataan itu, Soka pun ikut berlari kearah Joesanches dan ditengah-tengah darah merah yang tergenang ditanah, beserta dengan ratusan ribu mayat yang tergeletak diantara mereka berdua. Mereka baradu pedang dengan sangat dahsyatnya dan membuat pasukan lain tercengang, “Ha!! Apa kau ketakutan Soka!! Hahaha”, Joesanches terus berusaha membuat Soka terdesak namun ia tidak tertekan sama sakali. “Joe, kau menyerang kerajaanku dengan sangat brutal, puluhan ribu masyarakat dan pasukan ku tewas. Kau pikir aku akan takut begitu saja dengan ancamanmu?! Ha! JANGAN MIMPI KAU JOESANCHES!!”. Pertempuran mereka berdua sangat sengit, percikan-percikan api dari pedang mereka sangat jelas terlihat, tak ada diantara mereka yang mau mengalah. Hingga saat ketika Joesanches lengah sedetik Soka langsung mengambil langkah cepat dan menebas bagian kaki kirinya hingga putus, “Arrgghhhh!!!”.
Joesanches jatuh terduduk dan Soka kembali maju dengan tujuan untuk menebas langsung kepalanya “Mati kau Joe, Hyaaaa!!!”, taang!! suara benturan pedang yang kuat terdengar sangat nyaring dan membuat telinga yang mendengarnya menjadi ngilu, rencana Soka itu gagal karena salah seorang tangan kanan dari Tetua Joesanches datang dengan tiba-tiba dan menepis pedang Soka hingga membuatnya terjatuh. “Tetua Joe!!” tangan kanan Joesanches langsung mengangkatnya dan langsung membawa ia lari dari tempat itu, pasukan panah kerajaan Trafara sudah siap untuk memanah mereka dan tiba-tiba Soka mengangkatkan tangannya yang berarti jangan menembak.
“Apa yang kau lakukan, Kobe!!”
“Apa yang ku lakukan? Bukannya ini sudah jelas untuk menyelamatkanmu.”
“Siapa yang menyuruhmu untuk menyelamatkanku?! Cepat turunkan aku, aku harus membunuhnya!!”
“Kau takkan sanggup untuk membunuhnya, Tetua.”
“Apaa!!”
“Kaki kirimu sudah hilang, bagaimana caramu menyerang balik?”
“Tsk, SIAAALLL!! Soka, keparaatt kau!! Akan ku balas perbuatan ini!! Arrghhhh!!!”

Joesanches berhasil selamat dari ancaman kematian yang diberikan oleh Soka, jeritan kepedihan dan rasa malu yang dialami oleh Joesanches terus berlalu seiring jauhnya ia dibawa lari oleh Kobe, sebagai tangan kanannya. Sementara Soka bersama pasukan dan masyarakat di kerajaan Trafara berteriak bersama merayakan kemenangan mereka, Soka kemudian langsung berlari masuk kembali kedalam benteng kerajaan Trafara dan terus menuju ke istana. Sorakan-sorakan masyarakat dan para pasukan untuk mengucapkan selamat tidak dihiraukannya, “Hidup baginda raja!! Hidup baginda raja!!”, “Yang mulia..!! kau memang raja yang paling tangguh!!”. Ia terus berlari tanpa henti menuju ke istana seperti ada sesuatu yang ia kejar, didalam hatinya berkata “ini pasti dia, pasti dia!! Aku tidak akan ragu, ini pasti dia!! Dia yang sudah memberikan kekuatan kepadaku dan juga seluruh manusia yang ada dikerajaan ini!! Tunggu aku, aku akan menuju kesana, tunggu!!”
Sesampainya Soka di depan pintu istana, ia melihat pintu istananya sudah terbuka. Soka semakin panik dan langsung berlari masuk kedalam istana, sambil berlari dan mencari ia berteriak memanggil istrinya, “Shina!! Dimana kau!! Shinaaa!! Jawab aku!!”. Kepanikan dan kekhawatiran yang dia rasa tak lagi dapat dikendalikan, wajahnya mulai memerah dan menendang pintu kamarnya “Shinaa!!”, didalam kamarpun ia juga tidak melihat istrinya. Soka mulai pasrah dan putus asa, dan tiba-tiba saja ia mendengar suara seorang bayi, Soka kemudian mengikuti kemana arah suara itu, dan suara imut sang bayi ini berasal dari balik dinding dibelakang kursi raja, Soka tidak pernah menyadari bahwa dinding dibalik kursi itu bisa didorong kebelakang. Saat ia mendorong dinding itu sampai terbuka suara bayi semakin terdengar jelas, ia langsung masuk kedalam terowongan itu mengikuti arah jalan yang ada didepannya, tidak ada cahaya sedikitpun, Soka hanya memegang sebuah obor yang di dapatinya disamping pintu masuk dinding. Soka masih mengikuti suara bayi itu sampai akhirnya seorang penjaga istana yang tidak tahu bahwa itu adalah sang raja yang masuk langsung secara tiba-tiba melompat kearah Soka dengan pedangnya, “MATIII..!!” penjaga istana itu berteriak sambil menghayunkan pedangnya, tanpa pandang bulu pun Soka ikut menghayunkan pedang dengan kuat, suara benturan pedang itu terdengar keras sampai ketelinga Shina.

“Apa itu?! Lindungi Yang Mulia Shina!!”
“Siapa..? Siapa yang datang?
“Yang Mulia tenanglah, tetap disitu!! Kami akan melindungi anda.”
Kepanikan terjadi didalam lorong bawah tanah, mereka semua mengira bahwa musuh sudah berhasil memasuki istana dan menemukan terowongan bawah tanah. Soka yang sudah lelah bertarung dalam perperangan tadi, sekarang ia harus bertarung kembali dengan orang yang tidak ia kenali karena di dalam terowongan itu sangat gelap dan obor api yang ia pegangi terjatuh saat penyerangan pertama. Ditengah-tengah pertarungan mereka, Soka berteriak “SIAPA KAU!!”, penjaga istana itu terkejut saat mendengar suaranya dan terdiam. “Yang Mulia Soka, apa itu kau?”, Soka berjalan mencari obor yang telah jatuh “Ya, ini aku. Siapa yang sudah lancang menghalangi jalanku!”, penjaga istana itu langsung bertekuk lutut “Ma.. Maafkan atas kelancanganku Yang Mulia! Aku adalah Trisna Alka pelayan istana, aku tidak tahu kalau itu adalah anda!”. Soka menarik nafas leganya dan melepaskan baju tempur yang ia pakai.

“Hahh.. Ini melelahkan, dimana istriku?!”
“Oh, ya silahkan lewat sini yang mulia.”

Trisna Alka berjalan dan Soka mengikutinya dari belakang, ia terus bertanya-tanya pada Trisna dimana istrinya “Sebentar lagi kita akan sampai yang mulia.”, saat mereka berdua tiba Soka melihat 4 orang pelayan istana yang semuanya adalah perempuan sedang berdiri dengan posisi siap tempur didepan Shina, ia hanya mendengar suara imut sang bayi yang ada dibelakang mereka.

“Oh, Trisna.. Ternyata itu kau.”
“Ya, ini aku. Yang mulia raja Soka sudah tiba.”
Begitu mereka berempat mendengar nama baginda raja Soka, mereka langsung bertekuk dan membuka jalan untuk bertemu dengan Shina. “Yang mulia, selamat sekarang anda sudah memiliki seorang putra.”, Soka berjalan dan meneteskan air matanya, ia langsung memeluk Shina dan mencium keningnya.

“Kau sudah berjuang dengan keras istriku.”
“Tidak, kita sama-sama sedang memperjuangkan apa yang kita inginkan. Kau mempertaruhkan nyawa demi keluarga dan rakyatmu. Sedangkan aku hanya bertaruh nyawa demi menyelamatkan anak kita.”

Soka sangat bahagia, ia mencium istrinya dan mengangkat anaknya dengan tinggi. “Hahaha!! Kita menang nak, hahaha.. Kita menang, kau akan menjadi penerusku selanjutnya! Hahahaha!!”. Soka terus tertawa bahagia bersama istrinya, prajurit dan masyarakat yang sudah mengikuti perang itu kembali kekeluarga mereka masing-masing melepaskan kelegaan yang selama beberapa waktu yang lalu mereka panik dan tertekan dengan ancaman yang dilemparkan oleh suku Bolmavia. Namun kali ini adalah yang pertama bagi suku Bolmavia kalah dalam melakukan invansi suku. Kemenangan yang diraih oleh kerajaan Trafara dianugerahi dengan lahirnya seorang anak laki-laki yang diberi nama Vhandelvis Ararya. Efek dari kemenangan mereka ini banyak suku-suku kecil lainnya yang tidak tunduk lagi kepada Bolmavia bahkan ada juga yang sudah tunduk beralih meminta perlindungan kepada kerajaan Trafara, dan sebagai gantinya suku-suku ini harus memberi upeti yang seimbang kepihak kerajaan.
Setelah melewati masa-masa sulit dan pembangunan kembali kerajaan Trafara akibat kerusakan perang sampai memakan waktu selama 9 tahun, Soka Ararya adalah raja pertama yang berhasil membuat ribuan pasukan perang Bolmavia terpukul mundur, dan selama 9 tahun ini pun ia telah membuat masyarakat dan penduduk suku-suku lainnya menjadi aman dan makmur, ia selalu diagung-agungkan oleh rakyatnya bahkan ia pun disebut sebagai pahlawan kerajaan Trafara. Pada bulan September tahun 113 M, Vhandelvis Ararya memasuki usia yang ke 10 tahun, namun ia belum pernah sekalipun menginjakkan kakinya keluar istana. Jadi tak heran jika masyarakat sekitar tidak tahu yang mana pangeran mereka dan seperti apa paras wajahnya. Suatu ketika Vhan merasa bosan karena terus berada didalam istana, ia pergi menemui ayahnya yang sedang berada diruang makan istana.
“Ayah, bolehkah aku pergi keluar istana untuk bermain?”
“Untuk apa kau bermain diluar istana, diluar sana ada banyak bahaya.”
“Tapi ayah.. aku selalu melihat suasana luar dari atas istana ini dan sepertinya itu sangat menyenangkan.”
“Vhan.. kau masih terlalu dini untuk..”
“Sudahlah sayang, biarkan saja.. lagi pula masyarakat tak ada yang tahu seperti apa anak kita ini.”
“Haha.. (memeluk) Mama, berarti aku boleh bermain diluar istanakan?”
“Iyaa boleh anakku sayang.. tapi tidak sendirian. Kau harus ditemani oleh satu orang penjaga, ya?!”
“Hahahaha!! Iyaa.. makasih mama.. (berlari keluar ruangan)”
“Ahh.. Shina.. kau slalu saja begitu.”
“Hahaha.. tidak ada salahnyakan jika sesekali dia bermain diluar istana ini. Beri sedikit ia kebebasan.”
“(memgang keningnya sendiri) Hahh.. ya baiklah, jika istri tercinta sudah bicara aku bisa apa?”
“Hahaha.. Mau tambah lagi makannya sayang?”

Sebuah keluarga yang terjalin dengan sangat harmonis, Soka telah menjadi seorang ayah dan juga seorang raja untuk rakyatnya, begitu juga dengan Shina yang terus setia menemani dan memberikan semangat kepada suaminya saat mengurusi soal kerajaan. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, terkadang masalah semakin rumit yang mereka lalui, Soka menjadi lebih keras terhadap keluarga oleh karena kesibukkannya dengan kerajaan. Shina bisa memahami akan hal itu, tetapi tidak dengan Vhan. Ia sangat merindukan saat ia bermain dengan ayahnya lagi, sampai pada suatu malam ia pergi menemui ibunya untuk berbicara.
“Ma.. kenapa aku selalu di ikuti oleh pengawal-pengawal itu?”
“Kenapa kau bicara seperti itu nak?”
“Aku risih Ma, aku merasa tidak nyaman jika mereka terus mengikutiku seperti itu!”

“Ini untuk kebaikanmu juga nak, kau anak seorang raja kerajaan Trafara. Kau yang akan menggantikan ayahmu kelak nanti.”
“Aku ingin hidup bebas! Aku masih ingin menikmati masa kecilku seperti anak-anak yang lainnya!"
Mendengar anaknya berbicara seperti itu Shina langsung pergi menjumpai Soka yang saat itu berada di dalam ruang kerjanya.
“Suamiku..”
“Ada apa? Apa ada terjadi masalah?
“Iya, ini masalah anak kita.”
“Vhan? Kenapa dengan dia?

“Dia ingin hidup bebas seperti yang lainnya,  tanpa dikawal oleh penjaga.”
“Begitukah? Baiklah, apa dia sudah tidur?
“Iya, sekarang dia sudah tidur.”
“Kalau begitu besok pagi aku akan bicara dengannya.”

“Baiklah, tolong jangan marahi dia. Dia anak yang baik.”
Saat matahari mulai terbit Soka tidak juga menjumpai Vhan yang saat itu masih ditempat tidurnya. Ketika Vhan bangun ia melihat keluar lewat jendela kamarnya, ia sangat terkejut karena ada sesuata yang telah terjadi di depan rumahnya. Ia melihat ayahnya Soka sedang berdiskusi dengan salah seorang juru bicara dari kalangan Stepa, dan secara tiba-tiba Soka mengeluarkan pedang dan memotong kepala juru bicara dari Stepa tersebut. Saat itu Vhan mulai ketakutan jika berjumpa dengan ayahnya. Ketika malam hari disaat Vhan keluar dari kamarnya menuju toilet, ia berjumpa dengan ayahnya.

“Vhan, kau mau kemana?”
“Oh, I.. iya ayah, aku mau kekamar mandi”
“Ada apa dengan wajahmu itu Vhan? Apa kau takut dengan ku?”

“Ti.. tidak ayah, a.. aku hanya sudah tidak tahan lagi.”
“Oh.. baiklah ayah tunggu kau sampai selesai diruang kerja.”
“Ba..baik ayah.”

Vhan sangat ketakutan sampai berlalari, dan Vhan langsung berfikir bahwa ayahnya pasti akan memukulinya jika ia katakan untuk tidak perlu dikawal lagi oleh penjaga.

 “Apa kau sudah selesai?”
“Su.. sudah ayah.”

“Kau tak perlu takut seperti itu nak, ayah tahu pagi tadi kau melihat ayah memotong kepala seseorang bukan?”
“!!!!... Aa.. apa ayah akan memukulku, aku mohon maaf ayah.”
“Kau terlalu pengecut untuk menggantikan ayah jika kau terus seperti itu!”
“…………”
“Ayah membunuhnya karena mereka ingin merebut kawasan kita yang strategis ini,
 mereka ingin ayah menyerahkan tempat tinggal kita ini kepada mereka, apa kau setuju dengan itu.. Ha!!”
“Te.. tentu saja tidak ayah.. aku minta maaf!!”
“BERHENTI KAU MEMINTA MAAF DAN MENUNDUKKAN KEPALAMU
 SEPERTI ITU KEPADAKU!!”
“Ba.. BAIK AYAH!!” (ayolah jangan menangis)
“Ku dengar dari mama mu kau meminta untuk tidak dikawal lagi oleh penjaga, apa kau yakin dengan itu?”
“Aa.. aku cuma ingin hidup seperti anak-anak lainnya.”
“Baiklah, kau akan hidup seperti anak-anak yang lainnya, tetapi sebelum itu kau harus pergi kekawasan Xia untuk melatih keberanianmu, kekuatanmu dan cara berfikirmu itu.”
“Ayah.. bukankah Xia itu kawasan hutan?”
“Iyaa.. itu adalah hutan, dulu ayah juga pernah dicampakan oleh kakekmu ke Xia. Jika kau memang ingin bebas, ingin merasa kuat seperti ayah pergilah kesana. Ayah akan mengantarkanmu dua hari setelah ini. Persiapkan dirimu!!”
“Ba.. Baik ayah!!”


         Vhan merasa semangat dengan hal itu, yang sebenanya ia tidak tahu bahwa dikawasan Xia itu terdapat banyak binatang buas dan tidak ada manusia yang berani masuk kedalamnya. Soka memang seorang pemimpin klan yang tegas seperti ayahnya dahulu dan dia ingin anaknya bisa melebihi ayahnya. Dan Soka berharap, seorang anak lelaki kecil yang terus berjalan mencapai impiannya agar menjadi orang yang bisa memegang dan mengendalikan kedamaian juga keadilan. Soka sadar bahwa diumur Vhan yang masih 10 tahun itu belum cukup umur untuk menjalankannya, tapi inilah kenyataan bahwa Soka mulai berfikir akan terjadinya perang antara kerajaan Trafara dengan suku Stepa. Untuk itu ia lemparkan Vhan kekawasan Xia agar dapat menjadi pemimpin bagi kerajaannya kelak.

Related Posts: