DESINTEGRASI BANGSA AMERIKA (1865 - 1877)




Disusun

Oleh :
RAHMAD NURIMAN
Nim. 1006101050046
 
                                                                       
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013



KATA  PENGANTAR

Assalamua’alaikumwarahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dapat diselesaikan.
            Tidak lupa pula dan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad  SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
            Terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Amerika yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini yang berjudul “Desintegrasi Bangsa Amerika (1865 – 1877)”. penyusun menyadari bahwa makalah ini bukan lah proses akhir dari sebuah penulisan dan masih butuh perbaikan. Sehingga makalah sederhana ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih juga kepada teman-teman yang turut memberikan dorongan untuk menyelesaikan makalah ini.
            Dengan demikian Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.


                                                                             

 Darusalam, 17 April 2013
                                                                          


                   Penyusun










ABSTRAK
            Desintegrasi adalah suatu proses pemindahan atau ekspansi, dan negara Amerika melakukan Desintegrasi disebabkan karena ada beberapa faktor.
Alasan Amerika melakukan Desintegrasi diakibatkan karena ada pengaruh faktor politik dan ekonomi, yang pada saat itu memberikan dampak yang mengakibatkan berontaknya kaum kulit hitam terhadap kaum kulit putih.
            Dan pada akhirnya setelah Abraham Lincoln terpilih menjadi presiden dalam bulan Maret 1861, Ia berhasil menghapus system perbudakan di Amerika dan menyamaratakan masyarakat antara kaum kulit putih dengan kaum kulit hitam.

































DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
ABSTRAK.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I  PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A.  Latar Belakang .................................................................................................. 1
B.  Rumusan Masalah...................................................................................... `....... 2
C.  Tujuan........................................................................................................          2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A.     Ekspansi Dan Desintegrasi Amerika (1844 – 1861)……………….……..        3
B.     Desintegrasi Dan Masalah Perbudakan (1852 – 1861)...............................         4
C.     Partai-partai Politik Dan Gerakan Pemisahan Diri (Dampak Desintegrasi)                              6
BAB III PENUTUP......................................................................................... ....... 9
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 9
B. Saran……………………………………………………………………….       9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................     10





  
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada pertengahan abad ke-19 bangsa Amerika sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan individu dan equality dalam kesempatan politik dan ekonomi. Tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai tersebut bersamaan dengan tumbuhnya keyakinan akan pentingnya pembebasan invividu dari batasan-batasan sosial politik. Sikap yang sama juga ditandai dengan upaya perluasan wilayah ke arah barat untuk kepentingan ekonomi. Lebih lanjut perkembangan ekonomi tersebut berpengaruh terhadap pembentukan perbedaan regional bam di bidang ekonomi. Kawasan timurlaut berkembang menjadi pusat industri, selatan berkembang menjadi pusat industri kapas dan barat menjadi pusat produsen bahan makanan. Perbedaan tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya ketegangan regional yang berkaitan dengan pola ekspansi serta penggunaan budak dalam kegiatan ekonomi. Pembentukan ekonomi nasional ditandai dengan terbentuknya polarisasi ekonomi antar daerah.
 Ekspansi ke arah barat juga dipengaruhi serta tergantung pada pertumbuhan penduduk. Pada tahun 1830 jumlah penduduk AS tercatat 30 juta. Tahun 1850 jumlah tersebut meningkat menjadi 23 juta dan pada tahun 1861 menjadi 31 juta. Dengan demikian dalam waktu 30 tahun jumlah tersebut meningkat hampir tiga kali Upat. Pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh migrasi dari negara-negara Eropa. Misalnya dalam waktu sepuluh tahun 1840-1850-an Jerman dan Irlandia menyumbang empat juta imigran. Sebagian pendatang baru tersebut membeli tanah pertanian di AS bagian tengah dan sebagian lagi tinggal di perkotaan dan menjadi buruh di sektor industri. Didukung oleh kemajuan di bidang transportasi, ekspansi ke arah barat semakin intensif hingga pada tahun 1850 setengah dari jumlah penduduk AS bermukim di sebelah barat pegunungan Appalacian.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan diatas, maka rumusan masalah dibawah ini adalah bagaimanakah timbulnya permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat Desintegrasi Amerika dan bagaimana dampak dari Desintegrasi Amerika Serikat.


C.    Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bangaimana terjadinya Desintegrasi Amerika dan juga bagaimana dampaknya bagi negara Amerika sendiri.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ekspansi Dan Desintegrasi Ameriaka (1844 – 1861)
 Meningkatnya produksi pertanian ditunjang oleh peningkatkan sarana transportasi Sistem kanal yang menghubungkan daerah barat dan timur terus ditingkatkan sehingga memudahkan pengangkutan hasil pertanian dari daerah produsen ke daerah pemasaran. Akhirnya New York menggantikan peran New Orleans sebagai kota pengekspor hasil pertanian. Distribusi dan pengangkutan hasil pertanian semakin meningkat setelah dibangunnya jaringan jalan raya tahun 1830-an. Sedangkan jaringan kereta api, walaupun akhirnya menyaingi jaringan jalan raya, telah memudalikan mobilitas penduduk bergerak dari satu daerah ke daerah lain. Dalam tahun 1848 telah dibangun jaringan kereta api sepanjang 6000 'mil yang membentang di sebelah timur pengununan Appalachian. Tahun 1850-an pembangunan jaringan jalan raya, yang sebagian besar dibiayai oleh para investor industri manufaktur dan pertanian, meningkat dengan sangat cepat sehingga pada tahun 1860-an telah terbangun jaringan jalan raya sepanjang 30.000 mil yang menghubungkan kota-kota seperti New York, Philadelphia, Baltimore dan lain-lain. Sedangkan penggunaan telegraph, yang pertama kali diciptakan oleh Samuel Morse, telah mengubah konsep jarak menjadi sangat relatif.
Warga kulit putih Amerika yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan hak-hak individu serta equality ternyata tidak menerapkan nilai yang dianutnya pada orang-orang kulit hitam (negro). Mereka masih memperlakukan diskriminasi ras. Warga negro di Selatan tidak diakui hak-hak sipilnya. Mereka seringkali tidak memperoleh perlindungan hukum dari tindakan sewenang-wenang majikan; mereka dipersilit masuk gereja dan sekolah. Jual beli dan lelang budak di kawasan ini sering kali memecah belah keluarga budak. Satu keluarga budak dapat dipekerjakan di majikan yang berbeda-beda. Mereka yang dianggap sebagai bagian dari property atau barang milik bisa diperlakukan apapun menurut kehendak majikan. Perlakukan yang sewenang-wenang tersebut sering menimbulkan perlawanan dari para budak, seperti perlawanan yang dipimpin oleh Nat Turner tahun 1830 di Virginia dan membunuh 57 orang kulit putih sebelum akhirnya dia juga dibunuh pemerintah kulit putih.[1]
Perlawanan para budak negro terhadap pemilik dan pemerintah kulit putih di negara-negara bagian Selatan AS menimbulkan pro dan kontra dan menjurus ke arah terbentuknya perbedaan ideologi antara Utara dan Selatan. Kelompok yang kontra terhadap perbudakan, terutama dari daerah Utara, disebut sebagai abolisionis Mereka sering kali mengkritik kelompok konservatif Selatan yang feodalis melakukan  pelanggarari terhadap hak asasi manusia dan nilai-nilai equality Sedangkan warga Selatan, baik warga sipil maupun pemerintah menganggap bahwa kritikan kaum abolisiodis merupakan tindakan subversi yang akan menghancurkan tatanan hidup warga kulit putih Selatan. Sedangkan kaum abolisionis menuduh warga selatan akan menghancurkan nilai-nilai republikan AS seperti dicita-citakan oleh para pendiri AS Penduduk Selatan merasa khawatir bahwa dihancurkannya lembaga perbudakan akan menghancurkan institusi sosial yang telah terbentuk. Perbedaan cara pandang tersebut menyebabkan perbedaan ideologis antara negara-negara bagian utara dan selatan dan menjurus ke arah perbedaan politik di antara elit politik mereka.[2]

B.     Disintegrasi Dan Masalah Perbudakan (1852-1861)
Masalah perbudakan di beberapa negara bagian AS merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perang sipil (civil war) tahun 1860-an. Sikap bangsa Amerika terhadap perbudakan dapat dijelaskan dari cara pandang budaya mereka mengenai kedudukan budak dalam sistem sosial mereka. Salah satu bagian penting dalam identitas budaya bangsa Amerika sejak tahun 1789 adalah adanya keyakinan para pendiri bangsa (founding fathers) bahwa orang-orang negro hitam secara biologis dianggap tidak bisa menjadi warganegara dewasa, rasional dan bertanggungjawab. Para pendiri tersebut, termasuk Jefferson, berpandangan bahwa pada akhirnya orang-orang kulit hitam harus dikembalikan ke Afrika.
Generasi Jefferson mendifinisikan perbudakan sebagai suatu kejahatan yang diperlukan untuk menjaga kulit berwarna terpisah dari kulit putih. Akan tetapi logika dari situsi ini, bagi Jefferson, adalah baik lembaga perbudakan maupun orang-orang negro tidak perlu mendiami wilayah teritori Amerika. Konsensus antara pemimpin Selatan dan Utara yang terjadi tahun 1780-an berusaha untuk membatasi perbudakan hanya pada kawasan yang sebelumnya sudah memberlakukan sistem tersebut. Sampai tahun 1830-an, sebagian besar pemimpin Selatan tetap menganggap perbudakan sebagai sebuah kejahatan yang diperlukan sambil berharap bahwa pada akhirnya orang-orang negro akan dikembalikan ke Afrika dan sepakat bahwa Kongres "memiliki kewenangan dan tanggungjawab untuk membatasi semakin meluasnya sistem perbudakan ke arah barat.
Pergeseran cara pandang juga disebabkan adanya perubahan dalam kebudayaan Amerika sejak tahun 1789-1830-an. Perkembangan demokrasi model Jackson menyebabkan terjadinya partisipasi politik dari golongan menengah bawah. Sebagian dari kalangan tersebut mulai menganut Protestan Avangelis atau Protestan Penginjil yang bersifat kritis terhadap nilai-nilai filsafat dan agama yang dianut oleh para pendiri bangsa. Protestan Avangelis mencurigai cara pandang pencerahan abad ke-18 yang menekankan pada intelegensia, ilmu dan akal, Sedangkan kaum Avangelis berpendapat bahwa kebenaran itu harus ditemukan pada Bibel terutama pada Perjanjian Lama (Old Testament).[3]
Ketika sebagian besar warga kulit putih Selatan tahun 1830-an menganggap bahwa perbudakan merupakan sesuatu pekerjaan yang baik dan positif, mereka juga menjadi sangat sensitif mengenai makna kewarganegaraan nasional. Mereka sangat menjunjung tinggi liak persamaan (equal right) warga kulit putih terhadap warga kulit putih lainnya yang tinggal di kawasan utara. Ketika penduduk warga kulit putih Utara mempersoalkan perbudakan, sebagai sesuatu kejahatan yang harus dihapuskan dari kawasan teritorial AS, warga Selatan meresa terancam. Mereka menganggap bahwa tidak ada seorangpun yang memiliki alasan yang sah untuk menyanggah warga kulit putih Selatan yang memiliki hak persamaan seperti halnya warga Protestan dan warga negara yang demokratis Warga Selatan seperti memperoleh kemenangan ketika Mahkamah Agung melalui keputusan Dread Scott yang meminta Kongres untuk melindungi perbudakan di wilayah teritori tertentu di AS.
Adanya mobilitas sosial vertikal warga kulit putih golongan bawah menjadi golongan menengah bawah berpengaruh terhadap semakin kuatnya perasaan anti kulit hitam. Waga kulit putih golongan bawah yang pada awal abad ke-18 belum dapat masuk ke dalam "sistem kasta" kulit putih yang menganggap kulit hitam tidak memiliki hak sama dengan warga kulit putih, seperti mendapat kesempatan untuk menunjukkan sikap rasialisnya. Setelah masuk menjadi golongan menengah, mereka meninggalkan sikap equalitynya dengan warga kulit hitam dan mendefinisikan konsep demokrasi sesuai dengan "sistem kasta" yang menganggap bahwa tidak sepantasnya warga kulit putih bekerjasama, bergaul dan menempatkan posisi sama dengan warga kulit hitam. Pada tahun 1857, sikap warga kulit putih selatan tersebut dikecam oleh pemimpin kulit putih Utara dan mengehendaki agar pasal dalam keputusan Dread Scott, mengenai tidak diakuinya status kulit hitam sebagai warganegara, dihapuskan.

C.    Partai-partai Politik dan Gerakan Pemisahan Diri (Dampak Desintegrasi)
Perselisihan ideologis dan budaya antara warga kulit putih Utara dan Selatan mengenai masalah perbudakan juga terjadi dalam kehidupan partai-partai politik. Pada tahun 1854 terbentuk partai Republikan yang merupakan partai gabungan dari berbagai partai yang anti-perbudakan. Seperti halnya partai Liberty tahun 1844 dan Partai Free-Soil tahun 1848, Partai Republikan menjadikan anti-perbudakan sebagai prinsip partai. Partai ini semakin besar sejalan dengan runtuhnya Partai Whig yang bertikai sendiri dalam tubuh partai megenai masalah tersebut. Partai ini juga tidak menjadi ancaman bagi partai yang sedang berkuasa tahun 1856, sebab kelompok Demokrat masih bersatu dan partai lain seperti Native American mampu menarik pecahan partai Whig di Utara dan Selatan. Partai ini berusaha mengatasi ketegangan antara wilayah dengan mengajukan memunculkan keaslian Protestanisme di AS dan menentang semakin meningkatnya imigran katholik dari Jerman dan Irlandia. Pada tahun 1856 Partai Republikan menjadi partai yang besar dan menjadikan konsep abolisi (pembebasan perbudakan) sebagai prinsip perjuangan partai.
Partai ini memunculkan isu bahwa kaum aristocrat Selatan akan menyebarkan perbudakan ke seluruh negeri. Perbudakan harus dihapuskan dari seluruh negeri AS. Namun demikian, sikap Partai Republikan tidak terlalu mengancam partai-partai lain sebab pendukungnya sebagian besar berasaal dari warga Utara. Partai Demokrat di Selatan yang pendukungnya berasal dari kalangan petani menjadikan kawasan Utara dan Barat sebagai daerah yang sangat penting bagi AS sebab sebagain besar warganya adalah petani. Partai ini menganggap bahwa ancaman terhadap kebesaran partai ini berasal dari Utara, seperti dilakukan oleh Hamilton tahun 1790-an dan dari Sistem Perbankan AS tahun 1820-an yang berusaha mengeksploitasi potensi ekonomi Selatan.
Pada tahun 1856 konflik terbuka antara yang pro dan anti-perbudakan terjadi di Kansas Territory. Ketika New England Emigrant Aid Company mengirimkan pemukim ke Kansas untuk mengolah tanah di sana, tiba-tiba penduduk pro-perbudakan dari Missouri mengintimidasi mereka. Pada tanggal 24 Mei 1856, pemimpin Free-Soil, John Brown, melakukan serangan balasan terhadap pemukim pro-perbudakan di Pattowatomie Creek dan membunuh 5 orang. Peristiwa tersebut menimbulkan konflik dan pertikaian dalam tubuh Senate yang berasal dari Utara yang anti dan Selatan yang pro-perbudakan. Dalam konvensi Partai Republikan tahun 1860, posisi partai ini masih sama seperti tahun 1954, yaitu bahwa perbudakan harus dihapuskan dari AS.
Partai ini menominasikan Abraham Lincoln dari Illinios sebagai calon presiden. Partai Keempat, Constitusional Unionist yang merupakan gabungan dari sempalan Partai Whigs tahun 1852 dan Native American, menominasikan Senator John Bell dari Tennessee. Dalam pemilihan presiden tahun 1860, Douglas dari Partai Demokrat hanya menang di satu negara perbudakan, Missouri. Bell menang di negara budak Virginia, Kentucky, dan Tennessee. Breckinridge dari partai Demokrat menang di Delaware dan Maryland yang juga menerapkan sistem perbudakan.
Melihat hasil pemilihan presiden, segera parlemen Carolina Selatan mengadakan sidang untuk mempertimbangkan pemisahan diri dari Union AS. Pada tanggal 20 Desember 1860, secara resmi Carolina menyatakan pemisahan din dari AS. Konvensi parlemen negara bagian itu menyatakan bahwa peristiwa tersebut bukan merupakan pemberontakan melainkan hanya pernyataan hak sepertidiakui menurut Deklarasi Kemerdekaan tahun 1776 dan Artikel mengenai Konfederasi tahun 1778 yang menyatakan bahwa setiap negara bagian berhak menyatakan kedaulatan, kemerdekaan daa kebebasannya. Karolina juga menyatakan keluar dari Konstitusi tahun 1789 yang dibentuk oleh seluruh negara bagian. Tindakan negara bagian ini segera diikuti oleh negara bagian lainnya, yang ingin tetap mempertahankan sistem perbudakan, seperti Alabama, Georgia, Florida, Mississippi, Louisiana dan Texas. Sedangkan Karolina Utara, Virginia, Tennessee dan Arkansas menyatakan melakukan hal yang sama pada bulan April dan Mei 1861.
Mereka akhirnya membentuk Konfederasi Negara-negara bagian Selatan yang ingin tetap mempertahankan perbudakan dan beribukota di Montgomery, Alabama Warga Selatan yang mendukung para gubernuraya menyatakan bahwa mereka tidak bisa bekerjasama dengan partai Demokrat di Utara dan Patai Republikan yang memberi kemenangan pada Abraham Lincoln sebagai presiden. Akhimya setelah Abraham Lincoln dilantik sebagai presiden baru bulan Maret 1861 dan berusaha mengatasi pemberontakan di Carolina Selatan tanggal 15 April 1861, perang sipil meletus dan melibatkan negara-negara bagian yang pro dan anti-perbudakan.[4]










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Desintegrasi terjadi akibat dari permasalahan ekonomi di Amerika dan juga pada saat itu bangsa Amerika sangat menjunjung tinggi kaum kulit putih, sehingga para kulit hitam dianggap sebagai kaum yang terisolir dan dijadikan budak.
Desintegrasi Amerika memiliki dampak pada bidang Politik dan Sosial Masyarakat mereka. Banyak penduduk Amerika saat itu ingin memisahkan diri dan para budak dari bangsa kulit hitam memberontak. Hingga akhirnya Presiden Abraham Lincoln menghapus system perbudakan di Amerika Serikat.

B.     Saran
Dengan terselesainya makalah ini penulis mengharapkan agar dapat dijadikan suatu tambahan mata kuliah Sejarah Amerika, yang berjudul Desintegrasi Bangsa Amerika (1865 – 1877).








DAFTAR PUSTAKA
Mukmin, Hidayat. 1980.  Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarsa ini. Jakarta: Ghalia Indonesia.


Related Posts:

0 Response to "DESINTEGRASI BANGSA AMERIKA (1865 - 1877)"

Posting Komentar