“Angin
bertiup semilir menerpa diantara dedauanan dan pepohonan serta deruan ombak
memecah kesunyian malam di tepi pantai yang indah dan mempesona dalam
perjalanan hari pertama Komunitas Pencinta Ekspedisi Nanggroe (KPESN)”.
Komunitas
Pencinta Ekspedisi Sejarah Nanggroe (KPESN), merupakan sebuah komunitas yang
dibentuk oleh beberapa Mahasiswa FKIP Sejarah Unsyiah, yang memiliki hobi untuk
berpetualang atau ekspedisi dan mencari jejak sejarah Aceh.
Kali
ini merupakan ekspedisi kami yang ke-IV, yang mencoba mencari jejak sejarah
Belanda di Ujung Pancu. Sebelumnya kami tim KPESN telah berekspedisi ke
Meulaboh (Makam Teungku Umar), Lhoksemawe (Samudera Pasai) dan Aceh Utara
(Makam Cut Mutia). Planning menuju Tugu Belanda yang ada di ujung Pancu,
merupakan planning yang sudah kami rencanakan sewaktu kuliah, untuk mengisi
hari libur dengan kegiatan.
Menyusuri
panasnya hari tidak menyusutkan semangat para anggota untuk tetap melanjutkan
perjalanan dengan perlengkapan seadanya. Semua seakan terbayarkan dengan
dimenjakan indahnya pemandangan laut disepanjang perjalanan menuju lokasi.
Walaupun dalam perjalanan motor Muauwal sempat patah sok akibat terlalu berat
bobot yang dibawa.
Akhirnya
tim sampai di kaki bukit di gampoeng lam jabat, di sana para anggota menitipkan
kendaraan di sebuah rumah ya sederhana yang digunakan sebagai Bascamp bagi
pemuda setempat, sebelum kami melanjutkan perjalanan menelusuri pendakian
lokasi yang berbukit-bukit. Doapun dipimpin oleh saudara Riski kepada Allah
SWT., supaya perjalanan dan ekspedisi kami ini selalu dalam perlindungan-Nya.
Perjalananpun
dimulai dengan pendakian yang lumayan curam menantang dan melelahkan, bahkan
sebagian dari beberapa teman kami sempat merasa kelelahan dan bahkan sampai
muntah. Beberapa tempat beristirahat kami manfaatkan diperjalanan yang mendaki.
Pukul
16.39 kami sampai di pos pertama untuk beristirahat sejenak menghilangkan
kelelahan. Tak lama kami beristirahat, kami bertemu dengan 5 orang pemuda yang
memakai perlengkapan mendaki. Di pos pertama tersebut, kami saling ngobrol bercanda tawa dan saling nyindir juga untuk
menghilangi kelelahan diantara kami semua. Cerita saling cerita, ternyata
mereka merupakan mahasiswa MAPALA dari Unmuha (Universitas Muhammadiyah).
Setelah
beberapa lama, mereka meminta izin untuk melanjutkan perjalanan dan selang
beberapa menit kamipun juga melanjutkan perjalanan.
Dalam
perjalanan mata kami di manjakan dengan hamparan rumput ilalang dan pohon-pohon
yang masih terlihat asri. Perjalanan mendaki dan menurun menemani langkah kami
untuk sampai ke tempat peristirahatan kami untuk hari ini.
Pukul
18.15 WIB, kami sampai di sebuah pantai, yang mana pasir putih dan air laut
sangat indah membuat kelelahan yang kami rasakan terbayarkan. Di sini ternyata
sudah ada tenda dari beberapa komunitas lain. Kami berjumpa kembali dengan
mahasiswa Unmuha tadi lagi dan mahasiswa IAIN juga. Tampa banyak membuang
waktu, kami mencari lokasi untuk mendirikan tenda peristirahatan dan membagi
tugas. Sebagian anggota ada yang menyiapkan tenda dan sebagian anggota lain
memasak dan menyiapkan makanan.
Tendapun
sudah berdiri, sebagian anggota ada yang membantu anggota lain memasak,
mengambil photo, bercanda dan seorang anggota mandi di pantai untuk
membersihkan dan menyegarkan diri.
Makanan sudah siap
pukul 18.45 WIB, para anggota bergegas untuk makan malam bersama. Angin bertiup
semilir menerpa diantara dedauanan dan pepohonan serta deruan ombak memecah
kesunyian malam di tepi pantai yang indah dan mempesona dalam perjalanan hari
pertama Komunitas Pencinta Ekspedisi Nanggroe (KPESN). Tak kala kopi menemani
malam kami dalam larut canda tawa.
Inilah hari pertama
perjalanan kami mencari jejak sejarah Belanda di Ujung Pancu.
Beresambung . . .
0 Response to "MENCARI JEJAK SEJARAH BELANDA DI UJONG PANCU"
Posting Komentar