Tidak ada lagi tandingannya, kekuatan Turki Seljuk lebih besar
dibandingkan dengan kekaisaran Bizantium.
Pembantaian dan ikut campur tangan Paus Urbanus II pun di mulai !!
BARA DAN SEKAM
Kekuatan
Turki Seljuk yang semakin besar membuat kekaisaran Bizantium terpojok. Pada
saat itu Bizantium diperintah oleh kaisar Alexios Komnenos. Kaisar ini
sebelumnya adalah Jenderal Konstantinopel yang berhasil merebut tahta pada
tahun 1081. Sebagai penguasa Bizantium dia memeras rakyatnya dan mewajibkan
gereja menyetor emas untuk membangun angkatan perang yang kuat. Dengan angkatan
perang yang dimilkinya, Alexios berhasil mengalahkan bangsa Normandia, Serb dan
membantai bangsa Pecheneg dalam jumlah yang besar.
Prajurit
yang kuat ternyata tidak membuat Alexios tenang. Kekuatan Turki Seljuk yang
mulai mengancam Bizantium membuat Alexios harus berfikir keras mempertahankan
wilayahnya. Karena hanya merasa mendapatkan bantuan dari Eropa, maka Alexios
meminta bantuan Paus Urbanus II di Konstantinopel. Gayung pun bersambut, sang
Paus yang merasa wilayah kekuasaan spiritualnya semakin terdesak menyambut
dengan gembira permintaan Alexios I.
Persekutuan
Konstantinopel dan gereja ini ditindak lanjuti dengan mengadakan pertemuan
akbar di Clermmont dan Prancis Selatan pada tahun 1095. Dengan pidato yang
berapi-api Paus Urbanus II membakar emosi umat Kristen :
“Hai orang-orang Frank, hai
orang-orang diluar pegunungan ini, hai orang-orang yang dicintai Tuhan, yang
jelas dari perilaku kalian, yang membedakan diri dari bangsa-bangsa lain di
muka bumi ini, karena iman kalian, karena pengabdian kalian pada gereja suci,
inilah pesan dan himbauan khusus untuk kalian... Kabar buruk telah tiba dari
Yerussalem dan Konstantinopel, bahwa sebuah bangsa asing yang terkutuk dan
menjadi musuh Tuhan, yang tidak lurus hatinya, dan yang jiwanya tidak setia
pada Tuhan, telah menyerbu tanah-tanah orang Kristen dan membumi hanguskan
mereka dengan pedang dan api secara paksa.”
Provokasi
tersebut bertambah hebat sehingga bara dalam diri umat Kristen semakin
berkobar-kobar:
“Tidak sedikit orang-orang
Kristen yang mereka tawan untuk dijadikan budak, sementara sisanya dibunuh. Gereja-gereja,
kalau tidak mereka hancurkan, mereka jadikan mesjid. Altar-altar
diporak-porandakan. Orang-orang Kristen mereka sunat, dan darahnya mereka
tuangkan pada altar atau tempat-tempat pembaptisan. Beberapa mereka bunuh
secara keji, yakni dengan membelah perut dan mengeluarkan ususnya. Mereka
tendang orang-orang Kristen, dan mereka paksa berjalan sampai keletihan, hingga
terjermbab diatas tanah. Beberapa dipergunakan sebagai sasaran panah. Ada yang betot
lehernya untuk dicoba apakah bisa mereka penggal dengan sekali tebas. Lebih
mengerikan lagi perlakuan mereka terhadap perempuan.”
Begitu
umat Kristen telah terbakar Paus Urbanus II menyerukan untuk melawan
orang-orang kafir tersebut :
“Kewajiban siapa kalau bukan
kalian, yang harus membalas dan merebut kembali daerah-daerah itu ? Ingatlah,
Tuhan telah memberi kalian banyak kelebihan dibandingkan dengan bangsa-bangsa
lain. Semangat juang, keberanian, keperkasaan dan ketidak gentaran dalam
menghadapi siapa pun yang hendak melawan kalian. Ingatlah pada keberanian nenek
moyang kalian, pada kekaisaran Karel Agung dan Louis, anaknya serta raja-raja
lainnya yang telah membasmi kerajaan Turki dan menegakkan agama Kristen ditanah
mereka. Kalian harus tergerak oleh makam kudus Tuhan Yesus Sang Juru Selamat
kita, yang kini ada ditangan orang-orang najis, kalian harus bangkit berjuang,
karena kalian telah tahu, banyak tempat-tempat suci yang telah dikotori,
diperlakukan secara tidak senonoh oleh mereka.”
Sebagai
siraman minyak terakhir untuk membuat bara dendam dihati umat Kristen semakin
membara, Paus Urbanus II berkata :
“Hai kesatria pemberani,
keturunan nenek moyang yang tak tertaklukkan, janganlah lebih lemah daripada
mereka, tetapi ingatlah pada ketidakgentaran mereka. Jika kalian ragu-ragu
karena cinta kalian kepada anak-anak, isteri, dan kerabat kalian, ingatlah apa
yang Tuhan katakan dalam Injil : ‘Ia yang mengasihi ayah dan ibunya lebih dari
pada aku, tidak pantas bagiku.’... Jangan biarkan apa yang menjadi kepunyaan
kalian menghambat kalian. Kalian tak perlu khawatir dengan apa yang menjadi
kepunyaan kalian. Negeri kalian telah padat penduduknya, dan dari semua sisi
tertutup laut dan pegunungan. Tak banyak kekayaan disini, dan tanah jarang
membuahkan hasil pangan yang cukup buat kalian. Itulah sebabnya sering bertikai
sendiri. Hentikan kesaling bencian dan pertengkaran kalian, hentikan peperangan
antar sesama kalian. Bergegaslah menuju makam kudus, rebutlah kembali negeri
itu dari orang-orang jahat, dan jadikan milik kalian. Negeri itu, seperti yang
dikatakan didalam Alkitab, berlimpah susu dan madu, Allah memberikannya kepada
anak-anak Bani Israil. Yerussalem, negeri terbaik, lebih subur dari pada
lainnya, seolah-olah surga kedua. Inilah tempat Juru Selamat kita dilahirkan,
diperintah dengan kehidupannya dan dikuduskan dengan penderitaannya.
Bergegaslah, dan kalian akan memperoleh penebusan dosa serta pahala dalam
kerajaan surga."
Dalam
sejarah kepausan, pidato Paus Urbanus II merupakan pidato yang paling
berpengaruh. Pidato tersebut telah membakar Eropa untuk maju melawan kerajaan
Turki, yang bagi mereka merupakan segerombolan orang-orang kafir yang tidak
beradab.
Setelah
pidato Paus Urbanus II usai, orang-orang yang berada ditempat itu meneriakkan
slogan Deus Vult (Tuhan Memberkati)
sambil mengacung-acungkan tangan. Maka demi negeri yang dikatan dalam al kitab berlimpah susu dan madu, Allah memberikannya
kepada anak-anak Bani Israil. Yerussalem, negeri terbaik, lebih subur dari yang
lainya, seolah-olah surga kedua. Inilah tempat Juru Selamat kita dilahirkan,
diperintah dengan kehidupannya dan dikuduskan dengan penderitaannya. Dan
demi memperoleh penebusan dosa, serta
pahala di kerajaan surga, mereka bergegas maju kedalam medan pertempuran
dengan membawa salib suci sebagai simbol.
Diantara
pasukan salib terdapat penjahat, pemerkosa dan pembunuh yang bergabung dalam
perang suci tersebut dengan harapan akan mendapatkan penebusan dosa. Dan para
pedagang dari Pisa, Venesia dan Genoa yang ingin ikut berperang demi alasan
ekonomi/komersial, orang-orang yang romantis yang sebelumnya berputus asa dan
selalu gelisah serta suka bertualang. Sementara itu, orang-orang Prancis,
Lorraine, Italia dan Sisilia bergabung demi membebaskan diri mereka dari
kemiskinan yang merantai mereka. Semuanya itu bersatu untuk menggempur musuh
yang sama : orang-orang Islam.
Tentang perang salib ini Jhon L.
Esposito, guru besar Universitas George Town, Amerika, memberikan analisa yang
tajam :
“Sebagian
masyarakat Barat mengakui adanya kenyataan tertentu yang berhubungan dengan
perang salib, tetapi banyak diantara mereka yang tidak mengetahui perang salib
yang mengakibatkan korban yang amat besar ini adalah atas perintah Paus. Bagi umat
Islam, kenangan atas perang salib merupakan satu contoh nyata dari militerisasi
Kristen ekstrim, sebuah kenangan yang membawa pesan bagi serangan dan imperialisme
Kristen Barat.”
Pada 25 Agustus 1095, dimulailah
rangkaian perang salib. Tujuan jangka pendek orang-orang Kristen sudah jelas,
yaitu menguasai Bait al Maqdis. Sedangkan tujuan jangka panjangnya menguasai
negeri-negeri Islam yang subur dan kaya sumber daya alam.
Pasukan Salib bergerak dengan jumlah
150.000 prajurit, sebagian besar merupakan bangsa Prancis dan Norman, berangkat
menuju Konstantinopel kemudian ke Palestina. Pimpinan mereka adalah Godfrey,
Bohemond, dan Raymond. Mereka terus bergerak hingga mendesak pasukan Islam dan
akhirnya memperoleh kemenangan besar.
Hyphita Cneajna
0 Response to "PARA PENUNGANG KUDA PONI MENUJU PERANG SALIB. EPISODE 2"
Posting Komentar